Ketua TGIPF : Minta Jajaran PSSI Bertanggungjawab dan Mengundurkan Diri
KHATULISTIWA, Jakarta
Tim TGIPF menjelaskan, bahwa hasil investigasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pada Tragedi Kanjuruhan telah dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo, Jumat (14/10).
Mahfud MD selaku Ketua TGIPF bersama dengan 13 anggotanya menyampaikan langsung hasil temuan setelah bekerja sejak 4 Oktober 2022 lalu.
Dalam hal ini, Mahfud menjelaskan langsung hasil dari rekomendasi yang berdasarkan temuan investigasi setelah disampaikan kepada Jokowi. Ia menegaskan bahwa PSSI harus bertanggung jawab atas tragedi yang menyebabkan 132 orang meninggal dunia.
Mahfud MD dalam keterangannya mengatakan,”Dalam catatan kami, disampaikan PSSI harus bertanggung jawab, dan sub-sub organisasinya. Bertanggung jawab itu berdasar aturan-aturan resmi, dan yang kedua berdasarkan moral,” ujarnya, di Istana Negara, Jumat (14/10) siang.
Menurutnya, sejumlah stakeholder harus bertanggung jawab secara hukum maupun moral. Mahfud juga menyinggungg mengenai sejumlah pihak yang justru saling lempar tanggung jawab dan merasa melakukan prosedur dengan benar.
Ia menegaskan bahwa keselamatan rakyat lebih tinggi kedudukannya dari hukum lantaran sudah mencederai keselamatan rakyat. “Keselamatan rakyat itu adalah hukum yang lebih tinggi dari hukum yang ada, dan ini sudah terjadi keselamatan rakyat, publik, terinjak-injak,” Mahfud menegaskan.
Ketua TGIPF Mahfud MD meminta tanggung jawab moral dari masing-masing pihak untuk melakukan langkah-langkah sebagai pertanggungjawaban sebagai manusia yang beradab.
Ketua TGIPF mengatakan, ada lima poin kesimpulan yang disampaikan kepada Presiden Jokowi. “Secara normatif, pemerintah tidak bisa mengintervensi PSSI, namun dalam negara yang memiliki dasar moral dan etik serta budaya adiluhung, sudah sepatutnya Ketua Umum PSSI dan seluruh jajaran Komite Eksekutif mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban moral atas jatuhnya korban sebanyak 712 orang,” bunyi salah satu poin dalam rekomendasi TGIPF.
Dalam laporannya, Mahfud mengatakan bahwa tragedi Kanjuruhan lebih mengerikan daripada yang telah beredar di media sosial atau televisi. “Fakta kami temukan korban yang jatuh itu, proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan yang beredar di medsos dan TV,” katanya.
TIGPF, ia menambahkan, mengumpulkan rekaman dari 32 CCTV di sekitar Stadion Kanjuruhan. “Jadi itu lebih mengerikan dari semprot mati. Ada yang gandengan, yang terinjak-terinjak mati. Ada yang beri bantuan pernafasan itu karena satunya enggak bisa bernafas. Kena semprot juga mati,” ujar Mahfud menggambarkan situasi pada Sabtu (1/10) usai laga Arema vs Persebaya.
Dalam insiden maut Stadion Kanjuruhan, dilaporkan terdapat 132 orang meninggal dunia, kemudian 96 orang luka berat, 484 orang luka sedang/ringan yang sebagian bisa saja mengalami dampak jangka panjang. (del)
Tinggalkan Balasan